DEMI RAKYAT
Nur Rohim
Februari 2014
Nabi Muhammad Saw
Muhammad Saw, yang dijuluki Al-Amin1 menjalani
hidupnya dengan amat sederhana, Statusnya sebagai kepala Negara dan rosul
terakhir bagi semesta alam tak serta-merta membuatnya bermewah-mewahan dalam
menjalani hidupnya. Padahal, jika Ia mau bukit-bukit di makkah akan di ubah
menjadi emas oleh Allah Swt, untuk-Nya. Tetapi Ia memilih untuk hidup
sederhana, Ia hidup dengan sehari makan dan lapar pada hari berikutnya, agar
tetap ingan kepada Allah Swt, dalam keadaan kenyang maupun Lapar.
Dalam sebuah riwayat, seorang
sahabat Muhammad Saw., Umar bin Khatab, bercerita bahwa ia pernah masuk kedalam
rumah Muhammad Saw. Saat itu, Muhammad
Saw sedang berbaring di atas tikar, Umar pun duduk di samping Muhammad Saw,
yang kemudian menurunkan kain sarungnya. Dengan Jelas, ia melihat bekas tikar
menempel di tubuh Muhammad Saw. Ia kemudian menebarkan pandangan ke dalam Saw.
Ia menebarkan pandangan ke dalam rumah sang Nabi. Ia melihat segenggap gandum,
dua penyamak kulit, dan sehelai kulit binatang yang samakannya belum sempurna.
Seketika itu pula air matanya berjatuhan melihat betapa sederhananya kehidupan
Muhammad Saw
Melihat
Umar menangis, Muhammad Saw, lalu bertanya padanya,” Gerangan apakah yang
membuatmu Menangis putrak Khatab?” Lalu, ia menjawab,” Wahai Nabi Allah,
bagaimana aku tidak menangis, sedangkan dibelikat Engkau terlihat bekas tikar
dengan jelas, aku juga tidak melihat selain apa yang aku lihat? Sedangkan aku
tau, Raja Romawi dan Perssia bergelimang buah-buhan serta harta. Engkau adalah
uturan Allah dan hamba pilihan-Nya, tapi hanya ada dalam sebuah kamar
pengasingan seperti ini.”
Mendengar
jawaban Umar bin Khatab, Muhammad Saw. Lalu berkata” Wahai putra Khatab, apakah kamu tidak rela jika akhirat menjadi bagian
kita dan dunia menjadi bagian mereka?, “aku rela”. (HR.Hakim, Ibnu Hibban, dan
Ahmad.)
Nabi Muhammad
Saw sebagai seorang manusia pilihat Allah yang diutus untuk memperbaiki akhlak
manusia tidak serta-merta membuatnya untuk memperbaiki hidup yang mewah. Ia
memilih untuk hidup yang sederhana agar bisa merasakan lapar dan dahaga seperti
yang dirasakan kaum fakir dan miskin, dengan begitu, rasa sombong tidak muncul
dihatinya.
Kecintaan
Muhammad Saw terhadap rakyat di kota Madinah saat ia berada disana maupun
kepada umatnya sekarang yang ada di seluruh penjuru dunia sudah tidak di
ragukan lagi. Ada banyak kisah yang menunjukan betapa ia amat mencintai rakyat
dan umatnya, bahwan lebih dari kecintaanya pada diri sendiri.
Hari itu Umat
islah di kota Madinah sedang merayakan hari raya Idul Fitri, Seprti biasa
Muhammad Saw berkunjung dari satu rumah kerumah lainnya untuk bersilahturahkmi
dan menebarkan doa kepada umat Islam,. Kebahagiaan pun menyelimuti kota madinah
terutama anak-anak yang berlari-lari denga senang memakai pakaian hari raya
mereka. Ditengah perjalanan Muhammad saw menemukan anak kecil sedang duduk
bersedih dengan pakaian yang penuh tambalan, lalu dihampiri anak kecil itu yang
lalu menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajah, Kemudian menangis
tersedu-sedu. Muhammad Saw dengan tangan yang lembut mengelus-ngelus kepada
naka kecil tersebut dan bertanya kepadanya, “Kenapa kau menangis anakku?”
Anak kecil
tersebut dan terkejut dengan pertanyaan tersebut, tanpa mengangkat wajah dan
tanpa melihat siapa yang bertanya, lalu ia berkisah.
“Dihari raya ini
semua anak ingin merayakan hari kemenangan ini dengan orang tuanya, aku
teringan pada ayahku yang sudah meninggal, itulah yang menyebabkanku menangis.
Dihari raya terakhir saat bersamanya, ia membelikanku baju berwarna hijau dan
sepatu baru. Aku sangat bahagia. Kemudian suatu hari ayahku berjuang bersama
Nabi Muhammad Saw, dan gugur dalam perjuangannya, Sekrang ayahku sudah tidak
ada lagi, jika aku tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?”
Mendengar kisah
tersebut, Muhammad Saw bersedih, lalu beliau membelai dengan penuh kasih sayang
dan berkata, “Hapus air matamu, anakku. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa
yang aku katakana, apakah kamu ingin agar aku Nabi Muhammad menjadi ayahmu?
Agar kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu? Dan apakah kamu
ingin Aisyah menjadi Ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang apa yang baru saja aku
katakana?”
Mendengar
kata-kata itu anak kecil tersebut berhenti menangis,di tatapnya orang yang sedang ada dihadapanya, ia pun takjub karena
itu benar Muhammad Saw. tanpa mampu berkata-kata ia lalu mengangukan kepalanya
sebagai tanpa setuju dengan tawaran Muhammad Saw.
Nabi Muhammad
Saw amat mencintai anak-anak yatim yang termasuk menjadi rakyat dan umatnya.
Ialah seorang kepala Negara sekaligus utusan Allah Swt yang amat memperhatikan
orang-orang disekitarnya, dan tidak sekalipun keegoisan yang terpancar dari tingkah
lakunya.
Nabi Muhammad
Saw adalah seorng kepala Negara sekligus nabi terakhir zaman yang tidak ada
bandingannya. Dialah sebaik-baiknya kepada Negara yang amat mencintai rakyatnya
dan sebaik-baiknya nabi yang cintanya pada umatnya mengalahkan cinta pada diri
sendiri. Dialah satu-satunya manusi yang mampu menyatukan seluruh jazirah arab
yang awalnya penuh dengan pertikaian dan permusuhan hanya dalam waktu yang
singkat. Dialah teladan terbaik baagi seluruh kepala Negara didunia. Dengan
kehidupan sederhana ia menebarkan kedamaian keseluruh penjuru dunia. Maka tak
salah jika Michael H.Hart menempatkan Muhammad Saw, di posisi teratas sebagai
tokoh paling berpengaruh dalam sejarah manusia.
Abu Bakar As-Shiddiq
Abu
Bakar As-shiddiq terkenal sebagai seorang khalifah yang rendah hati. Ia juga
tidak menggunakan jabatannya untuk bertindak
sewenang-wenang kepada semua orang. Ia tidak mengenal “aji mumpung” untuk
memanfaatkan keadaan. Menurut banya ahli sejarah, sebelum Abu Bakar As-Shiddiq
menjadi khalifah, ia menerima jasa memerah susu kambing para penduduk desa.
Setelah dilantik menjadi khalifah, ada
seorang wanita desa yang berkata bahwa Abu Bakar As-Shiddiq tidak akan memerah susus kambing mereka.
Mendengar perkataan tersebut, Abu Bakar As-Shiddiq mengatakab bahwa ia berharap
bahwa jabatan Khalifah atau kepala Negara yang saat itu dijabatnya tidak akan
mengubah kebiasaannya di masa silam .Terbukti ia tetap memerah susu kambing
penduduk desa, meski telah menjadi Khalifah.
Seperti
kebanyakan orang-orang Arab dimasa silam, Abu Bakar As-Shiddiq juga berprofesi sebagai seorang pedagang
sehari setelah dilantik menjadi Khalifah, ia tetap berdagang dan membawa barang-bawang
perniagaanya kepasar, beberapa orang
melihat hal tersebut lalu mendekatinya diantanya ia Abu Ubaidah bin
Jarrah. Abu bakar Ubaidah lalu berkata “ Urusan Khalifah itu tidak boleh
dicampur dengan urusan berniaga.” Dengan tenang Abu bakar menjawab, “Jika aku tidak berniaga, lalu dengan apa
kau hidup? Dan bagaimana akau menafkahi keluargaku?”
Abu Bakar As-Shiddiq
merupakan seorang khalifar, namun ia tidak menuntut gajih atas jabatan yang
disangangnya. Padahal memegang estafet kepemimpinan pasca peninggalan Muhammad
Saw.
Meski Abu Bakar As-Shiddiq tidak
menuntut gaji atas jabatan Khalifah yang ia sangang, para nabi ang lain tetap
memikirkan keadannya, Akhirnya ditetapkan gaji untuk Abu Bakar As-Shiddiq yang
diambil dari Baitul Mal. Diakhir hanyatnya, ia malah memberikan wasiat kepada
Aisyah, Putrinya, agar mengembalikan seluruh barang-barang keperluannya yang
didapat dari Baitu Mal. Ia juga mengartakan bahwa sebenarnya ia tidak akan
menerima gaji dari Baitul Mal jika tidak dipaksa oleh Umar Bin Khatab agar focus
urusah kekhalifahan.
Selain
itu, Abu Bakar As-Shiddiq juga berpesan agar kebun miliknya diberikan kepada
khalifah penggantunya, hal itu dilakukan untuk mengganti gaji yang telah ia
terima dari Baitul Mal.
Umar bin Khathab
Singa
padang pasir, Umar bin Khathab sang jawara yang amat ditakutidan disegani di
kalangan kaum Quraisy. Tubuhnya yang kekar, sikapnya keras, ahli dalam stategi
perang, pengetahuannya luas, dan selalu menang dalam adu gulat yang digelar di
samping pasar Ukaz ialah kebanggaan kaum Quraisy. Umar bin Khathab menjadi
orang yang paling menentang dan membenci bahkan getol menyiksa pengikut
Muhammad Saw., sebelum ia Masuk Islam.
Semenjak
Umar bin Khathab masuk islam orang-orang Quraisy yang membenci Islam menjadi
segan berkat nama besarnya yang terkenal. Ia yang awalnya membenci Islam
berubah menjadi orang yang paling mati-matian membela Islam. Ketika Abu Bakar
As-Shiddiq meninggal dunia Umar bin Khathab lah yang dipilih menjadi khalifah.
Seperti
halnya Abu Bakar As-Shiddiq, kehidupan Umar bin Khatab tidak banyak berubah
sejak menjadi khalifah. Terkenal dengan panggilan amirul mukminin( pemimpin
kaum mukmin), ia menjalani kehidupannya dengan amat sederhana,.
Suksesnya
Umar bin Khathab dalam menjalankan pemerintahan membuat semua orang yang belum
tahu parasnya ingin bertemu dengannya. Salah seorang yang ingin bersua
dengannya adalah panglima perang kerajaan Persia, Hurmuzan, bersama Anas bin
Malik. Hurmuzan dating kemadinah. Ia dating bersama para pemuka kerajaan dengan
membawa kemegahan dan kemewahan Raja Persia. Perhiasan mutiasa dan permata
melekat didahinya, mantel sutra menutupi pundaknya, dan sebilah pedanga dengan
hiasan batu mulia menggantung di pinggangnya. Ia pun membayangkan bahwa seorang
Umar bin Khathab yang terkenal si seluruh penjuru dunia tinggal di istana yang
mewah dan megah.
Setibanya dimadinnah, Hurmuzan dan
rombongannya segera menuju kediaman Umar bin Khathab. Tetapi di tengah
perjalanan, seorang memberitahu bahwa sang Amirul Mukmin sedang berada
dimesjid, menemui utusan dari kufah. Beserta
rombongan, Hurmuzan pun langsung menuju masjid, di masjid, batang hidung sang
Singa Padang Pasir pun tidak ditemukan.
Melihat
rombongan Hurmuzan, anak-anak yang berada dimesjid Amirul Mukmininlah yang
dicari. Anak-anak tersebut lalu memberitahukan bahwa Amirul Mukmin sedang tidur
dengan beranda kanan masjid dengan menggunkan mantelnya sebagai alas tidurnya.
Keterkejutan Hurmuzan dan rombongannya tidak terelakan saat melihat lelaki yang
dikenal dengan Amirul Mukmin adalah seorang lelaki biasa yang berpakaian
seadanya
Selain
dikenal sebagai seorang khalifah yang menjalani kehidupan dengan sederhana, Umar
bin Khathab juga dikenal amat cinta kepada rakyatnya. Suatu ketika Umar bin
Khathab juga menyamar menjadi masyarakat biasa. Llau ia berjalan menyusuri rumah-rumah penduduk. Ia ingin tahu
keadaan rakyat yang sedang dipimpinnya. Setelah berjalan beberapa lama ia
mendengan seorang anak kecil sedang menangis tesedu-sedu. Ia pun pergi kearah
suara tangis itu, kemudian menemukan seorang ibu dan anak-anaknya yang menangis
karena rasa lapar. Untuk menghibur anak-anaknya sang ibu pura-pura memasak
nasi, padahal yang dimasaknya adalah batu. Dengan mencoba menenangkan
anak-anaknya yang menangis, sang ibu mencaci-maki khalifah Umar bin Khathab yang tidak peduli dengan
rakyatnya kecil.
Mendengan
keluhan sang ibu, Umar bin Khathab yang sedang menyamar bagaikan tersengat
aliran listrik beriburubu watt. Tanpa menunggu lagi, ia beranjak pulang menuju
gudang beras. Setibanya di gudang beras, ia memanggul satu karung gandum yang
akan diberikan kepada keluarga miskin tersebut. Pembantunya yang melihat sang khalifah
memanggung karung gendum sendiri menawarkan bantuan, tetapi ia menolah sambil
berkata “Apakah kemarahan Tuhan
terhadapku bisa kau gantikan ketika aku membiarkan rakyatku mati kelaparan,
sedangkan aku tidak peduli dengannya? Biarkan aku yang memanggung karung
gandung ini sendiri.
Umar lalu
memanggung karung gandum tersebut sambil bercucuran air mata. Setibanya dirumah
keluarga miskin tersebut. Ia memasaknya sendiri gandumnya dan menyuapi satu
persatu anak-anaknya yang menangis kelaparan sampai kenyang.
Utsman Bin Affan
Utsman
Bin Affan lahir dari keluarga bangsawan terpandang. Ayahnya Affan bin Abi
Al-ash adalah seorang saudagar kaya raya di makkah. Setelah ayahnya meninggal
dunia, ia menjadi pewaris tunggal kekayaan ayahnya. Jadilah ia saudagar muda
kaya raya yangjuga memiliki sifat pemalu luar biasa besarnya.
Tentang
betapa malunya seorang Utsman bin Affan, Iman Muslim pernah meriwayatkan bahwa
Aisya Ra bertanya kepada Muhammad Saw.
Abu bakan masuk, Engkau biasa
saja, dan tidak memberikan perhatian khusus. Lalu Umar masuk, engkau pun biasa
saja dan tidak memberikan perhatian khusus. Akan tetapu ketika Utsman masuk,
engkau terus duduk dan meratapi pakaiannya, Mengapa? “ Kemudian Muhammad Saw
menjawab, “Apakah aku tidak malu kepada orang yang malaikan saja malu kepadanya?”
Kedermawanan
Utsman Bin Affan sebagai khalifah telah dikenal dunia. Ia pernah mengeluarkan
uang 35.000 dirham hanya untuk membeli sebuah mata air yang diwakafkan bagi
kaum muslimin ketika terjadi kekeringan di madinah. Ia juga pernah mewakafkan
1.000 ekor unta, 70 ekor kuda dan 1.000 dirgam saat terjadi musim paceklik
menjelang perang tabuk. Ia juga pernah memberikan gandum yang diangku 1.000
unta untuk fakir miskin yang menderita musim paceklik. Itu semua diberikan
secara Cuma-Cuma bukan hanya itu ia juga rela menanggung pembiayaan perang
seberang 50% dari harta kekayaannya dan berinisiatif memperindah Majid Nabawi
pada waktu itu.
Utsman
Bin Affan dengan ikhlas mendermawankan hartanya untuk kepentingan banyak orang
Ia kesampingkan kepentingan dirinya sendiri agar orang lain juga merakan kekayaan yang ia
miliki. Meski memiliki harta kekanyaan melimpah ia tak lantas berfoya-foya
dengan itu semua ia lebih memilih hidup
sederhana dan menjadi orang yang suda mendermawakan hartanya. Meski harta
kekayaan yang dimilikinya sebelum menjadi khalifah, pada akhirnya dijadikan
sumber fitnah oleh orang-orang yang membencinya.
Kehidupan
sederhana Khalifah Utsman Bin Affan terekan dalam berbagai riwayat, Yunus bin ‘Ubaid
berkidah bahwa al-Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang para sahabat yang tidur qailulah (Istirahat di pertengahan
siang) di masjid, plalau a-Hasan
menjawab,” Aku meilhat Utsman Bin Affan tidur qailullah di masjid, padahal saat
itu, ia sudah menjadi khalifah. Setelah
bangkit, bekas kerikil terlihat menempel di pinggulnya. Kamu pun berkata, ‘lihatlah,
ia Amirul Mukminin, lihatlah, ia Amirul
Mukminin”. (HR.Ahmad).
Selain
dikenal sebagai seorang khalifah kaya raya yang memilih hidup sederhana Utsman
Bin Affan juga di kenal zuhud dan tawadhu’. Mubarak bin Fadhalah pernah
meriwayatkan dari al-Hasan al-Basjri, ia bercerita “Aku melihat Utsman Bin
Affan tidur dalam masjid dengan selendang yang terbentang di bawah kepalanya.
Kemudian seorang laki-laki datanga dan duduk diatas selendang itu, lalu
Laki-laki yang lain datang dan duduk pula diatas selendang tersebut,
seolah-olah kedudukan Utsman Bin Affan sebagai khalifah sama dengan mereka.
Hati seorang Utsman Bin Affan amatlah lembut sehingga banyak musuh yang
memanfaatkannya dan kemudian berontak kepadanya.
Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keemapat atau yang terakhir
dari periode Khulafaurrasyidin. Ali bin
Abi Thalib sangat mencintai rakyatnya
naik muslim maupun non muslim, adalah cerita tentang Ali bin Abi Thalib dan pengemis buta. Selain dikenal
sebagai seorang khalifah yang mencintai rakyatnya, khalifah Ali bin Abi Thalib juga dikenal zuhud (memilih
hidup sederhana) seperti pendahulu-pendahulunya. Jabatan khalifah yang di emabn
tidak dimanfaatkan untuk menimnin kekayaan. Baginya hidup sederhana bagi para pemimpin adalah sesuatu yang penting dan
wajib hukumnya.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Allah Swt. Menjadikan diriku imam dan pemimpin. Aku melihat perlunya
aku hidup miskin dalam berpakaian, makanan, dan minum sehingga orang miskin
mengikutiku dan orang-orang kaya tidak berbuat yang berlebihan” apa yang ia
ucapkan tersebut bukanlah sebuah omongan belaka
Pernah disuatu hari yang cerah
dengan sinar terik matahari, Khalifah Ali
bin Abi Thalib menemui para
sahabat dengan memakai pakaian tebal, kasar dan penuh tambalan. Melihat hat
tersebut, para sahabat dengan iba berkata “Ya Amirul Mukminin” tidakkan
sebaiknya anda memakai pakaian yang lebih lembut dari pakaian yang anda
kenakan?” Mendengar perkataan tersebut Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata “Pakaian ini menghilangkan kebanggan
dariku, membantuku khususkdidalam sholat dan teladan yang baik bagi manusia
agar mereka tidak berlebih-lebihan.
Dalam
suatu kesempatan lain, karena udar berhembus dangat dingin, khalifah Ali bin Abi Thalib
Duduk sambil
menggigil kedinginan dan hanya menggunakan selimut beludru yang sudah dimakan
usia. Kemudian seorang berkata, “ Ya, Amirul Mukminin, Allah Swt telah
memberimu dan keluargamu bagian dari
harta ini (Baitul Mal) dan Anda bisa berbuat apa saja. Tidak Adnda melihat Anda
sedang menggigil kedinginan?” Dengan amat lemah lembut Khalifah Ali bin Abi Thalib kemudia berkata, “Demi Allah Swt., Aku tidak
mengambil sedikitpun dari harta kalian, dan beludru using inilah yang kupakai
saat aku keluar dari Madinah”.
Umar bin Abdul Aziz
Umar
bin Abdul Aziz, Khalifah kedelapan dari dinasti Bani Umaiyah. Umar bin Abdul Azizd di lantik menjadi
khalifah sesaatsetelah Sulaiman bin Abdul Malik Wafat. Sebenarnya Umar bin
Abdul Aziz tidak suka dengan pelantikan tersebut, lantas ia memerintahkan
orang-orang untuk berkumpul dimasjid. Setelah semua berkumpul, ia berkata “Wahai
sekalian umat manusia! Aku telah di uji untuk memegang tugasi ini tanpa
pandangan diriku terlebih dahulu, dan aku juga tidak meminta jabatan ini, seta
aku tidak didudukan bersama umat terlebih dahulu. Sekaran aku batalkan baiat
yang kalian berikan kepadaku dan pilihlah seorang khalifah yang baik diantara
kalian.”
Tiba-ttiba
tanpa disangka-sangka seluruh orang yang hadir tersebut serentak berkata, “Kamu
telah memilih engkau, wahai Amirul Mukminin, dan kami juga ridha kepadamu. Oleh
karena itu perintahlah kamu dengan kebaikan dan keberkahan.” Mendengar jawaban
tersebut, mau tidak mau akhirnya Umar bin Abdul Aziz menerima jabatan khalifah
yang ia anggap sebagai ujian tersebut
Sesaat
setelah dilantik Umar bin Abdul Aziz pulang kerumah dan menangis, Istrinya
dengan serta merta bertanya, “Apa yang kau tangisi wahai Amirul Mukminin?” Lalu
ia Menjawab, “Wahai Istriku aku telah
diuji dengan jabatan ini, dan aku sedang teringat kepada orang-orang miskin,
ibu-ibu janda yang memiliki banyak anak, aku juga teringat orang-orang dalam
tawanan para fuqara’kaum muslimin, aku tau mereka akan mendakwaku diakhirat
kelak, dan aku bimbang tidak bisa menjawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah,
karena aku tahu yang mebela mereka adalah Muhammad Saw.” Mendengar jawaban tersebut Istrinya juga ikut
menitikan airmanta.
Setelah diangkat menjadi Khalifar Umar
bin Abdul Aziz dikenal menjalani kehidupan dengan sederhana dan amat mencintai
rakyatnya. Pada suatu malam saat ia sedang menyelesaikan tugasnya di ruang
kerja istana, putranya datang kepadanya, Ia pun bertanya kepada putranya, “Untuk
urusan apakah kau datang ke sini putar ku?” untuk urusan Negara atau urusan
keluarga?” Putranya kemudian menjawab, “Urusan Keluarga Ayahanda.”
Mendengar jawabatn putranya
tersebut, Khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan serta merta mematikan lampu
didalam ruang kerjanya, Putranya dengan keheranan bertanya,” Kenapa Ayahanda
memadamkan lampu didalam ruangan ini?” Ia kemudian menjawab, “Putraku Lampu
yang ayah pakai ini untuk bekerja adalah milik Negara. Minyak yang digunakan
pun dibeli dengan uang Negara. Sedangkan, perkara yang akan kita bahas adalah
urusan keluarga.
Khalifah lalu memanggil pembantunya
untuk mengambil lampu dari ruangan dalam. Ia kemudian berkata “Nah, lampu ini
yang sekarang kita nyalakan ini adalah milik keluarga, Minyaknya dibeli dengan
uang keluarga pula, silahkan berbeicara putraku.”
Yunus bin Abi Syaib pernah berkata,
:Sebelum menjadi khalifah, tali celanya masuk kedalam perutnya yang besar. Tapi
setelah menjadi Khalifah, ia sangat kurus. Bhkan jika saya menghitung tulang
rusuknya tanpa menyentuhnya, psaya bisa menghitungnya”. Tentu hal tersebut
menandakan bahwa khalifah Umar Bin Abdul Aziz tidak berfoya-foya dengansegala
kewenangan yang ia miliki sebagai seorang khalifah. Ia lebih memilih hidup apa
adanya dan memikirkan dengan sungguh-sungguh tanggung jawab sebagai kepala Negara.
Pada suatu hari usai sholat jum’at
dimasjid, salah seorang jama’ah bertanya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz
yang memakai pakian amat sederhana. “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah
Swt telah mengaruniakan kenikmatan kepadamu. Mengapa tidak engkau gunakan untk
sekedar berpakaian bagus?” Kemudian ia menjawab, “Sesungguhnya perilaku sederhana yang paling baik adalah saat kita
kaya,dan sebaik-baiknya pengampunana adalah saat kita berada pada posisi kuat.
Ketika
wafat, Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak meninggalkan warisan harta kepada
anak-anaknya. Disaat menjelang ajal ada seorang yang bertanya kepadanya”
Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?” Ia pun
menjawab, “Jika anak-anakku orang-orang
shalih, maka Allah Swt lah yang mengurus orang-orang shalih tapi, jika mereka
orang-orang yang tidak shalih aku tidak mau meninggalkan hartaku untuk
orang-orang yang mendurhakai Allah Swt, dan menggunakan hartaku untuk
mendurhakai Allah Swt.