Kamis, 19 Juni 2014

Demi Rakyat


DEMI RAKYAT
Nur Rohim
Februari 2014

Nabi Muhammad Saw
 Muhammad Saw, yang dijuluki Al-Amin1 menjalani hidupnya dengan amat sederhana, Statusnya sebagai kepala Negara dan rosul terakhir bagi semesta alam tak serta-merta membuatnya bermewah-mewahan dalam menjalani hidupnya. Padahal, jika Ia mau bukit-bukit di makkah akan di ubah menjadi emas oleh Allah Swt, untuk-Nya. Tetapi Ia memilih untuk hidup sederhana, Ia hidup dengan sehari makan dan lapar pada hari berikutnya, agar tetap ingan kepada Allah Swt, dalam keadaan kenyang maupun Lapar.
                                Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat Muhammad Saw., Umar bin Khatab, bercerita bahwa ia pernah masuk kedalam rumah Muhammad Saw. Saat itu,  Muhammad Saw sedang berbaring di atas tikar, Umar pun duduk di samping Muhammad Saw, yang kemudian menurunkan kain sarungnya. Dengan Jelas, ia melihat bekas tikar menempel di tubuh Muhammad Saw. Ia kemudian menebarkan pandangan ke dalam Saw. Ia menebarkan pandangan ke dalam rumah sang Nabi. Ia melihat segenggap gandum, dua penyamak kulit, dan sehelai kulit binatang yang samakannya belum sempurna. Seketika itu pula air matanya berjatuhan melihat betapa sederhananya kehidupan Muhammad Saw
                Melihat Umar menangis, Muhammad Saw, lalu bertanya padanya,” Gerangan apakah yang membuatmu Menangis putrak Khatab?” Lalu, ia menjawab,” Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan dibelikat Engkau terlihat bekas tikar dengan jelas, aku juga tidak melihat selain apa yang aku lihat? Sedangkan aku tau, Raja Romawi dan Perssia bergelimang buah-buhan serta harta. Engkau adalah uturan Allah dan hamba pilihan-Nya, tapi hanya ada dalam sebuah kamar pengasingan seperti ini.”
                Mendengar jawaban Umar bin Khatab, Muhammad Saw. Lalu berkata” Wahai putra Khatab, apakah kamu tidak rela jika akhirat menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagian mereka?, “aku rela”. (HR.Hakim, Ibnu Hibban, dan Ahmad.)
                Nabi Muhammad Saw sebagai seorang manusia pilihat Allah yang diutus untuk memperbaiki akhlak manusia tidak serta-merta membuatnya untuk memperbaiki hidup yang mewah. Ia memilih untuk hidup yang sederhana agar bisa merasakan lapar dan dahaga seperti yang dirasakan kaum fakir dan miskin, dengan begitu, rasa sombong tidak muncul dihatinya.
                Kecintaan Muhammad Saw terhadap rakyat di kota Madinah saat ia berada disana maupun kepada umatnya sekarang yang ada di seluruh penjuru dunia sudah tidak di ragukan lagi. Ada banyak kisah yang menunjukan betapa ia amat mencintai rakyat dan umatnya, bahwan lebih dari kecintaanya pada diri sendiri.
Hari itu Umat islah di kota Madinah sedang merayakan hari raya Idul Fitri, Seprti biasa Muhammad Saw berkunjung dari satu rumah kerumah lainnya untuk bersilahturahkmi dan menebarkan doa kepada umat Islam,. Kebahagiaan pun menyelimuti kota madinah terutama anak-anak yang berlari-lari denga senang memakai pakaian hari raya mereka. Ditengah perjalanan Muhammad saw menemukan anak kecil sedang duduk bersedih dengan pakaian yang penuh tambalan, lalu dihampiri anak kecil itu yang lalu menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajah, Kemudian menangis tersedu-sedu. Muhammad Saw dengan tangan yang lembut mengelus-ngelus kepada naka kecil tersebut dan bertanya kepadanya, “Kenapa kau menangis anakku?”
Anak kecil tersebut dan terkejut dengan pertanyaan tersebut, tanpa mengangkat wajah dan tanpa melihat siapa yang bertanya, lalu ia berkisah.
“Dihari raya ini semua anak ingin merayakan hari kemenangan ini dengan orang tuanya, aku teringan pada ayahku yang sudah meninggal, itulah yang menyebabkanku menangis. Dihari raya terakhir saat bersamanya, ia membelikanku baju berwarna hijau dan sepatu baru. Aku sangat bahagia. Kemudian suatu hari ayahku berjuang bersama Nabi Muhammad Saw, dan gugur dalam perjuangannya, Sekrang ayahku sudah tidak ada lagi, jika aku tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?”
Mendengar kisah tersebut, Muhammad Saw bersedih, lalu beliau membelai dengan penuh kasih sayang dan berkata, “Hapus air matamu, anakku. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang aku katakana, apakah kamu ingin agar aku Nabi Muhammad menjadi ayahmu? Agar kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu? Dan apakah kamu ingin Aisyah menjadi Ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang apa yang baru saja aku katakana?”
Mendengar kata-kata itu anak kecil tersebut berhenti menangis,di tatapnya orang yang  sedang ada dihadapanya, ia pun takjub karena itu benar Muhammad Saw. tanpa mampu berkata-kata ia lalu mengangukan kepalanya sebagai tanpa setuju dengan tawaran Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw amat mencintai anak-anak yatim yang termasuk menjadi rakyat dan umatnya. Ialah seorang kepala Negara sekaligus utusan Allah Swt yang amat memperhatikan orang-orang disekitarnya, dan tidak sekalipun keegoisan yang terpancar dari tingkah lakunya.
Nabi Muhammad Saw adalah seorng kepala Negara sekligus nabi terakhir zaman yang tidak ada bandingannya. Dialah sebaik-baiknya kepada Negara yang amat mencintai rakyatnya dan sebaik-baiknya nabi yang cintanya pada umatnya mengalahkan cinta pada diri sendiri. Dialah satu-satunya manusi yang mampu menyatukan seluruh jazirah arab yang awalnya penuh dengan pertikaian dan permusuhan hanya dalam waktu yang singkat. Dialah teladan terbaik baagi seluruh kepala Negara didunia. Dengan kehidupan sederhana ia menebarkan kedamaian keseluruh penjuru dunia. Maka tak salah jika Michael H.Hart menempatkan Muhammad Saw, di posisi teratas sebagai tokoh paling berpengaruh dalam sejarah manusia.


Abu Bakar As-Shiddiq
                Abu Bakar As-shiddiq terkenal sebagai seorang khalifah yang rendah hati. Ia juga tidak menggunakan jabatannya untuk bertindak  sewenang-wenang kepada semua orang. Ia tidak mengenal “aji mumpung” untuk memanfaatkan keadaan. Menurut banya ahli sejarah, sebelum Abu Bakar As-Shiddiq menjadi khalifah, ia menerima jasa memerah susu kambing para penduduk desa. Setelah dilantik  menjadi khalifah, ada seorang wanita desa yang berkata bahwa Abu Bakar As-Shiddiq  tidak akan memerah susus kambing mereka. Mendengar perkataan tersebut, Abu Bakar As-Shiddiq mengatakab bahwa ia berharap bahwa jabatan Khalifah atau kepala Negara yang saat itu dijabatnya tidak akan mengubah kebiasaannya di masa silam .Terbukti ia tetap memerah susu kambing penduduk desa, meski telah menjadi Khalifah.
                Seperti kebanyakan orang-orang Arab dimasa silam, Abu Bakar As-Shiddiq  juga berprofesi sebagai seorang pedagang sehari setelah dilantik menjadi Khalifah, ia tetap berdagang dan membawa barang-bawang perniagaanya kepasar, beberapa orang  melihat hal tersebut lalu mendekatinya diantanya ia Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu bakar Ubaidah lalu berkata “ Urusan Khalifah itu tidak boleh dicampur dengan urusan berniaga.” Dengan tenang Abu bakar menjawab, “Jika aku tidak berniaga, lalu dengan apa kau hidup? Dan bagaimana akau menafkahi keluargaku?”
                Abu Bakar As-Shiddiq merupakan seorang khalifar, namun ia tidak menuntut gajih atas jabatan yang disangangnya. Padahal memegang estafet kepemimpinan pasca peninggalan Muhammad Saw.
Meski Abu Bakar As-Shiddiq tidak menuntut gaji atas jabatan Khalifah yang ia sangang, para nabi ang lain tetap memikirkan keadannya, Akhirnya ditetapkan gaji untuk Abu Bakar As-Shiddiq yang diambil dari Baitul Mal. Diakhir hanyatnya, ia malah memberikan wasiat kepada Aisyah, Putrinya, agar mengembalikan seluruh barang-barang keperluannya yang didapat dari Baitu Mal. Ia juga mengartakan bahwa sebenarnya ia tidak akan menerima gaji dari Baitul Mal jika tidak dipaksa oleh Umar Bin Khatab agar focus urusah kekhalifahan.
                Selain itu, Abu Bakar As-Shiddiq juga berpesan agar kebun miliknya diberikan kepada khalifah penggantunya, hal itu dilakukan untuk mengganti gaji yang telah ia terima dari Baitul Mal.


Umar bin Khathab
                Singa padang pasir, Umar bin Khathab sang jawara yang amat ditakutidan disegani di kalangan kaum Quraisy. Tubuhnya yang kekar, sikapnya keras, ahli dalam stategi perang, pengetahuannya luas, dan selalu menang dalam adu gulat yang digelar di samping pasar Ukaz ialah kebanggaan kaum Quraisy. Umar bin Khathab menjadi orang yang paling menentang dan membenci bahkan getol menyiksa pengikut Muhammad Saw., sebelum ia Masuk Islam.
                Semenjak Umar bin Khathab masuk islam orang-orang Quraisy yang membenci Islam menjadi segan berkat nama besarnya yang terkenal. Ia yang awalnya membenci Islam berubah menjadi orang yang paling mati-matian membela Islam. Ketika Abu Bakar As-Shiddiq meninggal dunia Umar bin Khathab lah yang dipilih menjadi khalifah.
                Seperti halnya Abu Bakar As-Shiddiq, kehidupan Umar bin Khatab tidak banyak berubah sejak menjadi khalifah. Terkenal dengan panggilan amirul mukminin( pemimpin kaum mukmin), ia menjalani kehidupannya dengan amat sederhana,.
                Suksesnya Umar bin Khathab dalam menjalankan pemerintahan membuat semua orang yang belum tahu parasnya ingin bertemu dengannya. Salah seorang yang ingin bersua dengannya adalah panglima perang kerajaan Persia, Hurmuzan, bersama Anas bin Malik. Hurmuzan dating kemadinah. Ia dating bersama para pemuka kerajaan dengan membawa kemegahan dan kemewahan Raja Persia. Perhiasan mutiasa dan permata melekat didahinya, mantel sutra menutupi pundaknya, dan sebilah pedanga dengan hiasan batu mulia menggantung di pinggangnya. Ia pun membayangkan bahwa seorang Umar bin Khathab yang terkenal si seluruh penjuru dunia tinggal di istana yang mewah dan megah.
                  Setibanya dimadinnah, Hurmuzan dan rombongannya segera menuju kediaman Umar bin Khathab. Tetapi di tengah perjalanan, seorang memberitahu bahwa sang Amirul Mukmin sedang berada dimesjid,  menemui utusan dari kufah. Beserta rombongan, Hurmuzan pun langsung menuju masjid, di masjid, batang hidung sang Singa Padang Pasir pun tidak ditemukan.
                Melihat rombongan Hurmuzan, anak-anak yang berada dimesjid Amirul Mukmininlah yang dicari. Anak-anak tersebut lalu memberitahukan bahwa Amirul Mukmin sedang tidur dengan beranda kanan masjid dengan menggunkan mantelnya sebagai alas tidurnya. Keterkejutan Hurmuzan dan rombongannya tidak terelakan saat melihat lelaki yang dikenal dengan Amirul Mukmin adalah seorang lelaki biasa yang berpakaian seadanya
                Selain dikenal sebagai seorang khalifah yang menjalani kehidupan dengan sederhana, Umar bin Khathab juga dikenal amat cinta kepada rakyatnya. Suatu ketika Umar bin Khathab juga menyamar menjadi masyarakat biasa. Llau ia berjalan  menyusuri rumah-rumah penduduk. Ia ingin tahu keadaan rakyat yang sedang dipimpinnya. Setelah berjalan beberapa lama ia mendengan seorang anak kecil sedang menangis tesedu-sedu. Ia pun pergi kearah suara tangis itu, kemudian menemukan seorang ibu dan anak-anaknya yang menangis karena rasa lapar. Untuk menghibur anak-anaknya sang ibu pura-pura memasak nasi, padahal yang dimasaknya adalah batu. Dengan mencoba menenangkan anak-anaknya yang menangis, sang ibu mencaci-maki khalifah  Umar bin Khathab yang tidak peduli dengan rakyatnya kecil.
                Mendengan keluhan sang ibu, Umar bin Khathab yang sedang menyamar bagaikan tersengat aliran listrik beriburubu watt. Tanpa menunggu lagi, ia beranjak pulang menuju gudang beras. Setibanya di gudang beras, ia memanggul satu karung gandum yang akan diberikan kepada keluarga miskin tersebut.  Pembantunya yang melihat sang khalifah memanggung karung gendum sendiri menawarkan bantuan, tetapi ia menolah sambil berkata “Apakah kemarahan Tuhan terhadapku bisa kau gantikan ketika aku membiarkan rakyatku mati kelaparan, sedangkan aku tidak peduli dengannya? Biarkan aku yang memanggung karung gandung ini sendiri.
                Umar lalu memanggung karung gandum tersebut sambil bercucuran air mata. Setibanya dirumah keluarga miskin tersebut. Ia memasaknya sendiri gandumnya dan menyuapi satu persatu anak-anaknya yang menangis kelaparan sampai kenyang.

Utsman Bin Affan
                Utsman Bin Affan lahir dari keluarga bangsawan terpandang. Ayahnya Affan bin Abi Al-ash adalah seorang saudagar kaya raya di makkah. Setelah ayahnya meninggal dunia, ia menjadi pewaris tunggal kekayaan ayahnya. Jadilah ia saudagar muda kaya raya yangjuga memiliki sifat pemalu luar biasa besarnya.
                Tentang betapa malunya seorang Utsman bin Affan, Iman Muslim pernah meriwayatkan bahwa Aisya Ra bertanya kepada Muhammad  Saw.
Abu bakan masuk, Engkau biasa saja, dan tidak memberikan perhatian khusus. Lalu Umar masuk, engkau pun biasa saja dan tidak memberikan perhatian khusus. Akan tetapu ketika Utsman masuk, engkau terus duduk dan meratapi pakaiannya, Mengapa? “ Kemudian Muhammad Saw menjawab, “Apakah aku tidak malu kepada orang yang malaikan saja malu kepadanya?”
                Kedermawanan Utsman Bin Affan sebagai khalifah telah dikenal dunia. Ia pernah mengeluarkan uang 35.000 dirham hanya untuk membeli sebuah mata air yang diwakafkan bagi kaum muslimin ketika terjadi kekeringan di madinah. Ia juga pernah mewakafkan 1.000 ekor unta, 70 ekor kuda dan 1.000 dirgam saat terjadi musim paceklik menjelang perang tabuk. Ia juga pernah memberikan gandum yang diangku 1.000 unta untuk fakir miskin yang menderita musim paceklik. Itu semua diberikan secara Cuma-Cuma bukan hanya itu ia juga rela menanggung pembiayaan perang seberang 50% dari harta kekayaannya dan berinisiatif memperindah Majid Nabawi pada waktu itu.
                Utsman Bin Affan dengan ikhlas mendermawankan hartanya untuk kepentingan banyak orang Ia kesampingkan kepentingan dirinya sendiri agar  orang lain juga merakan kekayaan yang ia miliki. Meski memiliki harta kekanyaan melimpah ia tak lantas berfoya-foya dengan  itu semua ia lebih memilih hidup sederhana dan menjadi orang yang suda mendermawakan hartanya. Meski harta kekayaan yang dimilikinya sebelum menjadi khalifah, pada akhirnya dijadikan sumber fitnah oleh orang-orang yang membencinya.
                Kehidupan sederhana Khalifah Utsman Bin Affan terekan dalam berbagai riwayat, Yunus bin ‘Ubaid berkidah bahwa al-Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang para sahabat yang  tidur qailulah (Istirahat di pertengahan siang)  di masjid, plalau a-Hasan menjawab,” Aku meilhat Utsman Bin Affan tidur qailullah di masjid, padahal saat itu, ia sudah menjadi khalifah.  Setelah bangkit, bekas kerikil terlihat menempel di pinggulnya. Kamu pun berkata, ‘lihatlah, ia Amirul  Mukminin, lihatlah, ia Amirul Mukminin”. (HR.Ahmad).
                Selain dikenal sebagai seorang khalifah kaya raya yang memilih hidup sederhana Utsman Bin Affan juga di kenal zuhud dan tawadhu’. Mubarak bin Fadhalah pernah meriwayatkan dari al-Hasan al-Basjri, ia bercerita “Aku melihat Utsman Bin Affan tidur dalam masjid dengan selendang yang terbentang di bawah kepalanya. Kemudian seorang laki-laki datanga dan duduk diatas selendang itu, lalu Laki-laki yang lain datang dan duduk pula diatas selendang tersebut, seolah-olah kedudukan Utsman Bin Affan sebagai khalifah sama dengan mereka. Hati seorang Utsman Bin Affan amatlah lembut sehingga banyak musuh yang memanfaatkannya dan kemudian berontak kepadanya.

Ali bin Abi Thalib
Ali  bin Abi Thalib  adalah khalifah keemapat atau yang terakhir dari periode Khulafaurrasyidin. Ali  bin Abi Thalib  sangat mencintai rakyatnya naik muslim maupun non muslim, adalah cerita tentang Ali  bin Abi Thalib dan pengemis buta. Selain dikenal sebagai seorang khalifah yang mencintai rakyatnya, khalifah Ali  bin Abi Thalib juga dikenal zuhud (memilih hidup sederhana) seperti pendahulu-pendahulunya. Jabatan khalifah yang di emabn tidak dimanfaatkan untuk menimnin kekayaan. Baginya hidup sederhana bagi  para pemimpin adalah sesuatu yang penting dan wajib hukumnya.
Khalifah Ali  bin Abi Thalib  pernah berkata “Allah Swt. Menjadikan diriku imam dan pemimpin. Aku melihat perlunya aku hidup miskin dalam berpakaian, makanan, dan minum sehingga orang miskin mengikutiku dan orang-orang kaya tidak berbuat yang berlebihan” apa yang ia ucapkan tersebut bukanlah sebuah omongan belaka
Pernah disuatu hari yang cerah dengan sinar terik matahari, Khalifah Ali  bin Abi Thalib  menemui para sahabat dengan memakai pakaian tebal, kasar dan penuh tambalan. Melihat hat tersebut, para sahabat dengan iba berkata “Ya Amirul Mukminin” tidakkan sebaiknya anda memakai pakaian yang lebih lembut dari pakaian yang anda kenakan?” Mendengar perkataan tersebut Khalifah Ali  bin Abi Thalib  berkata “Pakaian ini menghilangkan kebanggan dariku, membantuku khususkdidalam sholat dan teladan yang baik bagi manusia agar mereka tidak berlebih-lebihan.
                Dalam suatu kesempatan lain, karena udar berhembus dangat dingin, khalifah Ali  bin Abi Thalib
 Duduk sambil menggigil kedinginan dan hanya menggunakan selimut beludru yang sudah dimakan usia. Kemudian seorang berkata, “ Ya, Amirul Mukminin, Allah Swt telah memberimu dan keluargamu bagian  dari harta ini (Baitul Mal) dan Anda bisa berbuat apa saja. Tidak Adnda melihat Anda sedang menggigil kedinginan?” Dengan amat lemah lembut Khalifah Ali  bin Abi Thalib  kemudia berkata, “Demi Allah Swt., Aku tidak mengambil sedikitpun dari harta kalian, dan beludru using inilah yang kupakai saat aku keluar dari Madinah”.

Umar bin Abdul Aziz
                Umar bin Abdul Aziz, Khalifah kedelapan dari dinasti Bani Umaiyah.  Umar bin Abdul Azizd di lantik menjadi khalifah sesaatsetelah Sulaiman bin Abdul Malik Wafat. Sebenarnya Umar bin Abdul Aziz tidak suka dengan pelantikan tersebut, lantas ia memerintahkan orang-orang untuk berkumpul dimasjid. Setelah semua berkumpul, ia berkata “Wahai sekalian umat manusia! Aku telah di uji untuk memegang tugasi ini tanpa pandangan diriku terlebih dahulu, dan aku juga tidak meminta jabatan ini, seta aku tidak didudukan bersama umat terlebih dahulu. Sekaran aku batalkan baiat yang kalian berikan kepadaku dan pilihlah seorang khalifah yang baik diantara kalian.”
                Tiba-ttiba tanpa disangka-sangka seluruh orang yang hadir tersebut serentak berkata, “Kamu telah memilih engkau, wahai Amirul Mukminin, dan kami juga ridha kepadamu. Oleh karena itu perintahlah kamu dengan kebaikan dan keberkahan.” Mendengar jawaban tersebut, mau tidak mau akhirnya Umar bin Abdul Aziz menerima jabatan khalifah yang ia anggap sebagai ujian tersebut
                Sesaat setelah dilantik Umar bin Abdul Aziz pulang kerumah dan menangis, Istrinya dengan serta merta bertanya, “Apa yang kau tangisi wahai Amirul Mukminin?” Lalu ia Menjawab, “Wahai Istriku aku telah diuji dengan jabatan ini, dan aku sedang teringat kepada orang-orang miskin, ibu-ibu janda yang memiliki banyak anak, aku juga teringat orang-orang dalam tawanan para fuqara’kaum muslimin, aku tau mereka akan mendakwaku diakhirat kelak, dan aku bimbang tidak bisa menjawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah, karena aku tahu yang mebela mereka adalah Muhammad Saw.”  Mendengar jawaban tersebut Istrinya juga ikut menitikan airmanta.
Setelah diangkat menjadi Khalifar Umar bin Abdul Aziz dikenal menjalani kehidupan dengan sederhana dan amat mencintai rakyatnya. Pada suatu malam saat ia sedang menyelesaikan tugasnya di ruang kerja istana, putranya datang kepadanya, Ia pun bertanya kepada putranya, “Untuk urusan apakah kau datang ke sini putar ku?” untuk urusan Negara atau urusan keluarga?” Putranya kemudian menjawab, “Urusan Keluarga Ayahanda.”
Mendengar jawabatn putranya tersebut, Khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan serta merta mematikan lampu didalam ruang kerjanya, Putranya dengan keheranan bertanya,” Kenapa Ayahanda memadamkan lampu didalam ruangan ini?” Ia kemudian menjawab, “Putraku Lampu yang ayah pakai ini untuk bekerja adalah milik Negara. Minyak yang digunakan pun dibeli dengan uang Negara. Sedangkan, perkara yang akan kita bahas adalah urusan keluarga.
Khalifah lalu memanggil pembantunya untuk mengambil lampu dari ruangan dalam. Ia kemudian berkata “Nah, lampu ini yang sekarang kita nyalakan ini adalah milik keluarga, Minyaknya dibeli dengan uang keluarga pula, silahkan berbeicara putraku.”
Yunus bin Abi Syaib pernah berkata, :Sebelum menjadi khalifah, tali celanya masuk kedalam perutnya yang besar. Tapi setelah menjadi Khalifah, ia sangat kurus. Bhkan jika saya menghitung tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, psaya bisa menghitungnya”. Tentu hal tersebut menandakan bahwa khalifah Umar Bin Abdul Aziz tidak berfoya-foya dengansegala kewenangan yang ia miliki sebagai seorang khalifah. Ia lebih memilih hidup apa adanya dan memikirkan dengan sungguh-sungguh tanggung jawab sebagai kepala Negara.
Pada suatu hari usai sholat jum’at dimasjid, salah seorang jama’ah bertanya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memakai pakian amat sederhana. “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah Swt telah mengaruniakan kenikmatan kepadamu. Mengapa tidak engkau gunakan untk sekedar berpakaian bagus?” Kemudian ia menjawab, “Sesungguhnya perilaku sederhana yang paling baik adalah saat kita kaya,dan sebaik-baiknya pengampunana adalah saat kita berada pada posisi kuat.
                Ketika wafat, Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak meninggalkan warisan harta kepada anak-anaknya. Disaat menjelang ajal ada seorang yang bertanya kepadanya” Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?” Ia pun menjawab, “Jika anak-anakku orang-orang shalih, maka Allah Swt lah yang mengurus orang-orang shalih tapi, jika mereka orang-orang yang tidak shalih aku tidak mau meninggalkan hartaku untuk orang-orang yang mendurhakai Allah Swt, dan menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah Swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar