Pemberontakan dan kemarahan yang dipendam membuat langkah tak terarah, menjauhkan diri dari sang pencipta.
Jauh, jauh semakin jauh membengkokkan jalur langlah yang ditapaki tiba pada kesesatan yang nyata.
Kemarahan, kesedihan, kebingungan bergemuruh dalam ombak yang siap menerkam, sampai pada penyadaran itu hanyalah kesia-sia an.
Rasa letih melangkah mengharuskan berlutut dan tertatih, terdiam dan membisu dalam penyepian diri yang tak terjamah.
Hati yang begitu terluka, pengAbu an diri dalam tetes sebuah kebencian.
Sampai pada Tuhan menjentikkan jari, menangkap roh yang tiada arah dan tujuan itu.
Saat gumuruhan yang kotor menjadi anai yang berterbangan terganti menjadi tetes sebuah perjuangan, Segumpal mutiara.
Menyeka debu yang menempel pada tumpukan2 tak berpenghuni.
Menyerahkan diri pada sang pencipta, memadamkan amarah yang membumbung, memadamkan kobaran dendam dalam jiwa, meniup api yang berkobar, dan mencairkan kembali jiwa yang menjadi batu.
Mempercayakan Tuhan membuat jalur kembali pada jalurn yang ditapaki.
Memantapkan kembali kaki yang melangkah, dengan mutiara cinta yang tersenyum manja, hingga saat ada penggengam tangan yang ulung memeluk dengan cinta karena Rabb-Nya. Bukan masalalunya.
Karena aku bukanlah penjahat
namun aku pernah terserat