Pemimpin
yang baik akan membawa kepada rahmat Tuhan semesta alam, Segala sesuatu yang
terjadi akan membawa kebaikan bagi mereka yang dipimpin oleh orang baik (Negeri
Cita-Citaku)
Drs. H.
Muhammad Jusuf Kalla, Jend. TNI
(Purn) Dr. H. Wiranto, SH,
Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H., S.U. Letnan Jenderal (Purn)
Prabowo Subianto Djojohadikusumo, Ir. H. Joko Widodo
Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H., S.U. Letnan Jenderal (Purn)
Prabowo Subianto Djojohadikusumo, Ir. H. Joko Widodo
Who they are?
Drs. H. Muhammad
Jusuf Kalla
Jusuf
Kalla atau JK lahir di Watampone, sosok
kepemimpinan yang tegas dan cepat dalam mengambil keputusan, Tokoh yang
berpenampilan bersahaja dan berjiwa kebangsaan ini seorang negarawan yang
meletakkan kepentingan negara dan bangsanya di atas kepentingan lainnya. JK lahir d Kabupaten
Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Mei
1942 sebagai anak ke-2
dari 17 bersaudara, dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha
keturunan Bugis
yang memiliki bendera usaha Kalla Group Bisnis keluarga Kalla tersebut
meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri . Awal nama
Kalla dikenal pada tahun 1968, saat dirinya menjadi CEO NV Hadji Kalla. Di
bawah kepemimpinan Kalla, perusahaan NV Hadji Kalla berkembang kian pesat. Dari
semula hanya sekedar bisnis ekspor-impor menjadi meluas ke bidang perhotelan,
konstruksi penjualan kendaraan, kelapa sawit, perkapalan, real estate,
transportasi, peternakan udang, dan telekomunikasi.
JK
menghabiskan masa kecilnya di kota Watampone. JK menjalani
masa sekolah di Sekolah Islam Datumuseng Makassar dan melanjutkannya di SMA
Negeri 3 Makassar. Saat menjadi siswa, JK aktif di organisasi Pemuda Pelajar
Islam (PII) dan menjabat sebagai ketua Pelajar Islam
Indonesia (PII) Cabang Sulawesi Selatan 1960 - 1964, Tahun 1967: JK selesai menempuh pendidikan di FE Unhas dan
memperoleh gelar Dokturandus, dengan pernah menjabat menjadi Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa
Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. 1992: JK menjadi Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas
Hasanuddin (Ika Unhas) Makassar. Jabatan ini masih didudukinya sampai sekarang,
Setelah lulus JK bekerja membantu ayahnya di NV Hadji Kalla Trading Company
sebagai karyawan kemudian naik menjadi manajer
Di Makassar,
Jusuf Kalla dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu. Di kalangan
ulama dan pemuka masyarakat, nama Jusuf Kalla dikenal sebagai Mustasyar
Nahdhatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan tugas-tugas dan tanggung
jawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara NU Sulsel
juga menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar yang bersejarah di Makassar.
Ketika akan Jusuf kalla menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi,
Universitas Hasanuddin Makassar. Tahun 1977 JK mengikuti sekolah bisnis di The European
Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis, guna meningkatkan
keilmuannya di bidang bisnis. Prancis (1977).
Tahun 1965 sesaat setelah
pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), M. Jusuf Kalla
terpilih menjadi Ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan dan Tenggara
(1965-1968). Kemudian, terpilih menjadi Anggoa DPRD Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 1965-1968 mewakili Sekber Golkar. Pada Musyawarah Nasional (Munas)
Golkar di Bali, bulan Desember 2004 ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai
Golkar Periode 2004-2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Anggota Dewan
Penasihat DPP Golkar, dan menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
RI Utusan Golkar (1982-1987), serta Anggota MPR-RI Utusan Daerah (1997-1999).
Sebelum
terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan
Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Pada era
pemerintahan Abdurrahman Wahid (Presiden RI yang ke-4), M.
Jusuf Kalla dipercayakan selama kurang dari setahun (1999-2000) sebagai Menteri
Perindustrian dan Perdagangan RI merangkap Kepala Bulog tetapi diberhentikan dengan tuduhan terlibat KKN. Pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri
(2001-2004 Jusuf Kalla kembali diangkat untuk menduduki jabatan Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat namun Jusuf Kalla kemudian
mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden,
mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun 1988 JK menjadi Anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) melalui Partai
Golkar. JK setia dengan Partai Golkar, dari kader muda hingga menjadi Ketua
pada periode 2004-2009. Pada 10 Januari 2007.
Pada tahun 2004-2009 JK menjadi
Wakil Presiden Republik Indonesia mendampingi Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono. JK kemudian dikenang sebagai Wapres yang proaktif dalam pengambilan
kebijakan negara, bukan hanya ban serep sebagaimana Wapres-Wapres sebelumnya.
Pada 2009-sekarang JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI). JK berusaha
menjadikan PMI mandiri secara finansial dan proaktif dalam penanggulangan
bencana.
Contoh
kepemimpinan JK;
M.
Jusuf Kalla telah meletakkan kerangka perdamaian di daerah konflik Poso,
Sulawesi Tengah, dan Ambon, Maluku. Lewat pertemuan Malino I dan Malino II dan
berhasil meredakan dan menyelesaian konflik di antara komunitas Kristen dan
Muslim. Kunjungan kerjanya sebagai Menko Kesra ke Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) pada awal tahun 2004 memberinya inspirasi untuk menerapkan pengalaman
penyelesaian konflik Ambon-Poso di NAD. Upaya penyelesaian Aceh di dalami dan
dilanjutkan penanganannya saat setelah dilantik menjadi Wakil Presiden RI.
Akhirnya, kesepakatan perdamaian untuk NAD antara Pemerintah dan tokoh-tokoh
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berhasil ditandatangani di Helsinki pada tanggal 15
Agustus 2005
Jusuf
Kalla mendapat beberapa gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) diantaranya
Doktor HC dari Universiti Malaya Malaysia di bidang ekonomi 21 Juli 2007,
Doktor HC dibidang perdamaian dari Soka University Jepang pada 2 Februari 2009,
Doktor HC dibidang Pendidikan Kewirausahaan dari Universitas Pendidikan
Indonesia pada 17 Maret 2011, Doktor HC dibidang ekonomi politik dari
Universitas Hasanuddin Makasar pada 10 September 2011, Doktor HC dibidang
perdamaian dari Universitas Syah Kuala Aceh pada 12 September 2011, Doktor HC
dibidang pemikiran ekonomi dan bisnis dari Universitas Brawijaya Malang pada 8
Oktober 2011, dan Doktor HC dibidang kepemimpinan dari Universitas Indonesia
pada 9 Februari 2013.
Jend.
TNI (Purn) Dr. H. Wiranto, SH
Jend. TNI (Purn) Dr. H.
Wiranto, SH yang lahir di Yogyakarta pada 4 April 1947 dari pasangan RS
Wirowijoto dengan istrinya yang bernama Suwarsijah. Wiranto merpupakan Putra
keenam dari sembilan bersaudara, dibesarkan dilingkungan keluarga yang
bersahaja dan cenderung pas-pasan. Ayah Wiranto berkerja sebagai Kepala Sekolah
Dasar sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.
Saat
Wiranto berusia satu bulan, dia dibawa orang tuanya pindah ke Surakarta karena
terjadi agresi Belanda yang menyerang kota Yogyakarta. Di Surakarta, Wiranto
menyelesaikan sekolahnya hingga dia lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 4
Surakarta. Setamat SMA, Wiranto
melanjutkan studinya dengan masuk ke Akademi Militer Nasional dan lulus pada
tahun 1968.
Karier sebagai perwira Tentara Nasional Indonesia Angakatan Darat (TNI AD) dari
Korps Kecabangan Infantri pada akhir 1968 selepas dilantik dari Akademi Militer
Nasional (AMN) Magelang yang merupakan sentra penggodokan para taruna, Wiranto
yang kala itu menyandang pangkat letnan dua mengikuti berbagai pendidikan,
latihan, dan kursus yang bersifat pengembangan umum maupun spesialisasi, antara
lain, Sussarcab Infantri (1969), Suslapa Infantri (1976), dan Sekolah Staff dan
Komando (Sesko) TNI AD (1984) serta Lemhanas (1995), dengan prestasi sangat
memuaskan sebagai Siswa Terbaik. Dalam pendidikan pengembangan spesialisasi,
dia mengikuti Sussar Para (1968), Susjur Dasar Perwira Intelijen (1972), dan
Suspa Binsatlat (1977). Kegiatan dilingkungan pendidikan kemiliteran
digelutinya pada saat menjabat Karoteknik Ditbang Pussenif (1983) dan Kadep
Milnik Pussenitf (1984). Selanjutnya, Wiranto berkecimpung di lingkungan Baret
Hijau Kostrad. Diawali pada 1985 sebagai Kasbrigif-9 Kostrad, kemudian dia
diangkat menjadi Waasops Kas Kostrad pada 1987 dan Asops Kasdivif-2 Kostrad
pada 1988.
Nama
Wiranto mulai menarik perhatian publik saat dia dipercaya untuk menjadi ajudan
Presiden Soeharto . Presiden RI selama 4
tahun (1989-1993). Suatu masa jabatan Ajudan Presiden yang relatif lama.
Setelah menjadi ajudan presiden, karier militer Wiranto semakin meningkat
ketika dia dipromosikan menjadi Kasdam Jaya pada tahun 1993 dan setahun kemudian, tepatnya
pada 1994, dia dipromosikan menjadi Pangdam Jaya. Jabatannya melejit lebih
tinggi pada posisi strategis di organisasi TNI AD, setelah dia menduduki posisi
sebagai Pangkostrad pada 1996. Sekalipun
hanya menduduki jabatan Pangkostrad selama 15 bulan, namun memberinya
pengalaman yang tergolong jarang dimiliki prajurit lain yakni tatkala dipercaya
menjadi Direktur Latihan pada "Latihan Gabungan ABRI 1996", yang
dinilai berhasil dengan baik, sehingga mengantarnya ke jabatan strategis
sebagai Kepala Staff TNI Angkatan Darat (Kasad) pada 1997. selama 8 bulan.
Pada
bulan Maret 1998, Presiden Soeharto kembali menunjuk Wiranto, kali ini untuk
menjadi Pangab (sekarang disebut Panglima TNI). Kala itu terjadi pergantian
pucuk kepemimpinan nasional dari Presiden Soeharto ke Presiden BJ Habibie.
Posisi Wiranto ini tetap dipertahankan hingga era Presiden BJ Habibie. Pada 16 Pebruari 1998, Wiranto
dilantik oleh Presiden RI menjadi Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) RI.
Kemudian pada 16 Maret 1998, dia diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan
Keamanan/ Panglima Angkatan Bersenjata (Menhankam/Pangab) RI hingga 21 Mei
1998, dia dilantik kembali oleh Presiden RI menjadi Menhankam/ Pangab untuk
kedua kalinya. Dengan adanya pemisahan Polri (Kepolisian Negara RI) dari
organisasi ABRI pada 1 April 1999 dan sebutan ABRI pun berubah menjadi TNI,
sejak itu jabatannya menjadi Menteri Pertahanan Keamanan/ Panglima Tentara
Nasional Indonesia (Menhankam/Panglima TNI). Setelah SU MPR 1999, dalam Kabinet
Presiden Abdurahman Wahid, Wiranto ditunjuk sebagai Menko Polkam. Jabatan ini
diembannya hingga Mei 2000 pada saat dia menyatakan mundur dari jabatannya.
Wiranto memilih pensiun dari dinas aktif (usia pensiun 55 tahun), sebagai
konsekuensi dari kebijaksanaannya bahwa setiap prajurit yang bertugas di luar
struktur TNI, harus memilih pensiun atau alih status, atau kehilangan jabatan
dan kembali ke TNI.
Wiranto
memiliki kegemaran di bidang olahraga seperti tenis dan bulutangkis. Dari
kemampuan vokalnya, dia telah meluncurkan sebuah album yang dari hasilnya
disumbangkan untuk membantu para pengungsi yang tersebar di beberapa daerah di
Tanah Air. Sementara di bidang olahraga, dia pernah menjadi Ketua Umum Gabungan
Bridge Seluruh Indonesia (GABSI) yang di antaranya menjadi Juara Dunia tahun
2000. Beberapa saat berselang dia juga sempat menjabat sebagai Ketua Umum
Federasi Karatedo Indonesia (FORKI).
Setelah
mengkahiri dinas aktifnya di lingkungan TNI, Wiranto tetap terus melanjutkan
komitmennya dengan mendirikan lembaga kajian Ide Indonesia (Institute
for Democrasy Of Indoneisa) yang diyakininya sebagai jalan kecil untuk ikut
mendorong terciptanya kehidupan demokrasi Indonesia. Bersamaan dengan
perkembangan politik di Indonesia, maka untuk tetap bisa mengabdi kepada
masyarakat, Wiranto masuk pada Konvensi Partai Golkar memenangi konvensi Partai
Golkar atas Ketua Umum Partai Golkar Ir. Akbar Tandjung, ia melaju sebagai
kandidat presiden pada 2004. Pada
tahun 2006, Wiranto mendirikan Partai hati Nurani Rakyat. Wiranto pernah mencalonkan diri sebagai calon
wakil presiden (cawapres) 2009 dimana Jusuf Kalla sebagai capres dari Partai
Golkar
Contoh
Kepemimpinan Wiranto;
Selain ikut aktif
mengaktualisasikan langkah-langkah reformasi internal ABRI, Wiranto juga
mendorong beberapa kebijakan cukup menyegarkan untuk merespons tuntutan
reformasi di Tanah Air. Dia, misalnya, memprakarsai digelarnya Dialog Nasional,
yang terlaksana pada 18 April 1998 di Arena Pekan Raya Jakarta. Saat menjabata
Menhankam/Pangab, Wiranto mencabut penerapan Daerah Operasi Militer (DOM) di
Aceh, pada 8 Agustus 1998. Wiranto juga mendorong upaya perdamain atas konflik
Maluku pada Maret 1999 dan mendamaikan kedua pihak yang sudah bertikai lebih
dari 23 tahun di Timor-Timur pada April 1999.
Kepangkatan
• Letnan Dua, 1968
• Letnan Satu, 1971
• Kapten, 1973
• Mayor, 1979
• Letnan Kolonel, 1982
• Kolonel, 1989
• Brigadir Jenderal, 1993
• Mayor Jenderal, 1994
• Letnan Jenderal, 1996
• Jenderal, 1997
Tanda Jasa/ Penghargaan
• Bintang Mahaputra Adipradana
• Bintang Dharma
• Bintang Yudha Dharma Putra
• Bintang Kartika Eka Paksi Utama
• Bintang Jalasena Utama
• Bintang Swa Buana Paksa Utama
• Bintang Bhayangkara Utama
• Bintang Yudha Dharma Naraya
• Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
• Bintang Veteran Timur Tengah
• Bintang Kehormatan dari Spanyol
• Bintang Kehormatan dari Australia
• Bintang Kehormatan dari Belanda
• Bintang Pingat Jasa Gemilang Singapura
• Bintang Kehormatan Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang (DPKT) dari Brunai Darussalam
• Bintang Darjah Panglima Mangku Negara (PMN) dari Pemerintah Malaysia
• Bintang Kesetiaan XXIV Tahun
• Bintang Penegak G-30-S/PKI
• Bintang Seroja
• Bintang Wirakarya
• Bintang Dwija Sistha
• Manggala/Wirakarya Kencana.
Kepangkatan
• Letnan Dua, 1968
• Letnan Satu, 1971
• Kapten, 1973
• Mayor, 1979
• Letnan Kolonel, 1982
• Kolonel, 1989
• Brigadir Jenderal, 1993
• Mayor Jenderal, 1994
• Letnan Jenderal, 1996
• Jenderal, 1997
Tanda Jasa/ Penghargaan
• Bintang Mahaputra Adipradana
• Bintang Dharma
• Bintang Yudha Dharma Putra
• Bintang Kartika Eka Paksi Utama
• Bintang Jalasena Utama
• Bintang Swa Buana Paksa Utama
• Bintang Bhayangkara Utama
• Bintang Yudha Dharma Naraya
• Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
• Bintang Veteran Timur Tengah
• Bintang Kehormatan dari Spanyol
• Bintang Kehormatan dari Australia
• Bintang Kehormatan dari Belanda
• Bintang Pingat Jasa Gemilang Singapura
• Bintang Kehormatan Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang (DPKT) dari Brunai Darussalam
• Bintang Darjah Panglima Mangku Negara (PMN) dari Pemerintah Malaysia
• Bintang Kesetiaan XXIV Tahun
• Bintang Penegak G-30-S/PKI
• Bintang Seroja
• Bintang Wirakarya
• Bintang Dwija Sistha
• Manggala/Wirakarya Kencana.
Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo
Letnan
Jenderal (Purn) Prabowo Subianto
Djojohadikusumo lahir di Jakarta, 17 Oktober
1951. Prabowo adalah
keturunan dari Panglima Laskar Diponegoro untuk wilayah Gowong (Kedu), yang bernama Raden
Tumenggung Kertanegara III. Prabowo juga terhitung sebagai salah seorang
keturunan dari Adipati Mrapat, Bupati Kadipaten Banyumas
Pertama. Prabowo adalah anak dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo, dan cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo,
anggota BPUPKI,
pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPAS pertama.
Prabowo Subianto Djojohadikusumo mengawali karirnya
sejak ia mendaftarkan diri di Akademi Militer
Magelang, 1974. Pada than 1975 Pada 1976, Prabowo dipercaya
sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha
(Kopassandha) dan ditugaskan sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di
Timor-Timur. Setahun kemudian menjadi Komandan Kompi Para Komando Grup I
Kopassandha dengan pangkat Letnan Satu.
Karier
militer prabowo terus melejit, ketika dipercaya sebagai Wakil Komandan
Detasemen 81 Penanggulangan Teros (Gultor) Komando Pasukan Khusus TNI AD
(Kopassus) pada 1983. Dan, setelah menyelesaikan pelatihan di "Special
Forces Officer Course" Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi
tanggung jawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 Kostrad
hingga 1987 dan diperpanjang sampai 1991. Kemudian menjadi Kepala Staf Brigade
Infanteri Linud 17/Kujang/Kostrad, 1991 hingga 1993. Prabowo kembali ke
Kopassus sebagai Komandan Grup 3 yaitu Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus
di Batujajar, Jawa Barat, tahun 1993. Setahun kemudian sebagai Wakil Komandan
Kopassus. Dan, tahun 1994, ia dipercaya menjadi orang nomor satu di korps baret
merah pasukan elit TNI Angkatan Darat itu.
Tahun
1998, Prabowo ditarik kembali menjadi Panglima Kostrad dengan pangkat Letnan Jenderal,
dalam usia relatif muda yakni 47 tahun. Di tahun inilah ia tersandung tragedi
Mei yang membuatnya dipindahkan menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI
(Sesko TNI). Dan atas pertimbangan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Prabowo
diberhentikan dari dinas kemililiterannya. Prabowo Subianto dinilai memiliki
gaya kepemimpinan tegas, jujur, tidak peragu, bersih dari korupsi, serta
berpihak pada rakyat kecil.
Setelah
berhenti berkarier dari Dunia Militer, Prabowo Subianto kemudian memulai
peruntungannya menjadi seorang Pengusaha mengikuti jejak adiknya yaitu Hashim
Djojohadikusumo. Karir Prabowo sebagai pengusaha dimulai dengan membeli
Perusahaan Kertas yaitu Kiani Kertas, perusahaan pengelola pabrik kertas yang
berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur, yang sebelumnya Kiani Kertas
dimiliki oleh Bob Hasan, pengusaha yang dekat dengan Presiden Suharto. Prabowo
Subianto membeli Kiani Kertas menggunakan pinjaman senilai Rp. 1,8 triliun dari
Bank Mandiri. Selain mengelola Kiani Kertas, yang namanya diganti oleh Prabowo
menjadi Kertas Nusantara, kelompok perusahaan Nusantara Group yang dimiliki
oleh Prabowo juga menguasai 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Usaha-usaha
yang dimiliki oleh Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa
sawit, dan batu bara.
Adapun
Prestasi yang di raih Prabowo;
1976 Komandan Peleton Para Komando
Group-1 Kopassandha
1977 Komandan Kompi Para Komando
Group-1
Kopassandha
1983-1985 Wakil Komandan Detasemen–81 Kopassus
1985-1987 Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas
Udara 328 Kostrad
1987-1991 Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara
328 Kostrad
1991-1993 Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara
17 Kostrad
1993-1994 Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan
Khusus
1994 Wakil Komandan Komando Pasukan
Khusus
1995-1996 Komandan Komando Pasukan Khusus
1996-1998 Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
1998 Panglima Komando Cadangan
Strategi TNI Angkatan Darat
1998 Komandan Sekolah Staf Dan
Komando ABRI 1998
Penghargaan;
·
Bintang
Kartika Eka Paksi Nararya
·
Satyalancana
Kesetiaan XVI
·
Satyalancana
Seroja Ulangan–III
·
Satyalancana
Raksaka Dharma
·
Satyalancana
Dwija Sistha
·
The
First Class The Padin Medal Ops Honor
·
Bintang
Yudha Dharma Nararya
Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H., S.U.
Nama
lengkap Mohammad Mahfud
dilahirkan pada 13 Mei 1957 di Omben, Sampang Madura Mahfud MD Mahfud MD adalah
anak keempat dari tujuh bersaudara terlahir dari pasangan Mahmodin dan Suti
Khadidjah. Bapak Mahmodin adalah pegawai rendahan di kantor Kecamatan Omben,
Kabupaten Sampang . Masa kecil Mahfud hingga sekolah menengah atas banyak
dilewatkan di Madura dan Jawa Timur. Hingga ketika kuliah dirinya memilih
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Masa sekolah Mahfud disibukkan dengan
kegiatan belajar. Ketika pagi hingga sore, Mahfud harus belajar di madrasah
untuk mempelajari ilmu umum dan agama. Ketika sore hingga subuh, Mahfud
menghabiskan waktunya untuk meperdalam agama di surau atau masjid.
Mohammad Mahfud
memulai karier sebagai dosen di almamaternya, Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, pada tahun 1984 dengan status sebagai Pegawai Negeri
Sipil. Pada 1986-1988, Mahfud dipercaya memangku jabatan Sekretaris Jurusan
Hukum Tata Negara FH UII, dan berlanjut dilantik menjadi Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum UII dari 1988 hingga 1990. Setamat kuliah Mahfud kemudian
menjadi tenaga pengajar dan juga menjadi Guru Besar Hukum Tata Negara di
almamaternya. Sembari itu Mahfud juga mengambil kuliah lagi S2 di Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada dan mengantongi gelar doktor dari sana pada tahun 1993,
Mahfud juga berprofesi sebagai Hakim Konstitusi.
Mahfud MD pernah
tercatat sebagai Direktur Karyasiswa UII
dijalani dari 1991 sampai dengan 1993. Pada 1994, UII memilihnya sebagai
Pembantu Rektor I untuk masa jabatan 1994-1998. Di tahun 1997-1999, Mahfud
tercatat sebagai Anggota Panelis Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
Mahfud sempat juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UII pada
1998-2001.Dalam rentang waktu yang sama yakni 1998-1999 Mahfud juga menjabat
sebagai Asesor pada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
Mahfud tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum UII pertama yang meraih derajat Doktor pada tahun 1993. Dia meloncat mendahului bekas dosen dan senior-seniornya di UII, bahkan tidak sedikit dari bekas dosen dan senior-seniornya yang kemudian menjadi mahasiswa atau dibimbingnya dalam menempuh pendidikan pascasarjana.
Mahfud tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum UII pertama yang meraih derajat Doktor pada tahun 1993. Dia meloncat mendahului bekas dosen dan senior-seniornya di UII, bahkan tidak sedikit dari bekas dosen dan senior-seniornya yang kemudian menjadi mahasiswa atau dibimbingnya dalam menempuh pendidikan pascasarjana.
Karier Mahfud kian cemerlang, tidak saja dalam lingkup akademik tetapi
masuk ke jajaran birokrasi eksekutif di level pusat ketika di tahun 1999-2000
didaulat menjadi Pelaksana Tugas Staf Ahli Menteri Negara Urusan HAM (Eselon I
B). Berikutnya pada tahun 2000 diangkat pada jabatan Eselon I A sebagai Deputi
Menteri Negara Urusan HAM, yang membidangi produk legislasi urusan HAM.
Belum cukup sampai di situ, kariernya terus menanjak pada 2000-2001
saat mantan aktivis HMI ini dikukuhkan sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet
Persatuan Nasional di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Sebelumnya,
Mahfud ditawari jabatan Jaksa Agung oleh Presiden Abdurrahman Wahid tetapi
menolak karena merasa tidak memiliki kemampuan teknis.Selain menjadi Menteri Pertahanan, Mahfud sempat
pula merangkap sebagai Menteri Kehakiman dan HAM setelah Yusril Ihza Mahendra
diberhentikan sebagai Menteri Kehakiman dan HAM oleh Presiden Gus Dur pada 8
Februari 2001.
Mahfud MD terpilih menggantikan hakim Konstitusi
Achmad Roestandi yang memasuki masa purna tugas. Selanjutnya, pada pemilihan
Ketua Mahkamah Konstitusi, yang berlangsung terbuka di ruang sidang pleno
Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa 19 Agustus 2008, Mahfud MD terpilih
menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2011 menggantikan ketua
sebelumnya, Jimly Asshiddiqie.
Sebelum menjabat sebagai
Hakim/Ketua Konstitusi (2008-2013) Prof Mahfud MD pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI (2000-2001), Menteri
Kehakiman dan HAM (2001), Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) (2002-2005), Rektor Universitas Islam Kadiri (2003-2006), Anggota
DPR-RI, duduk Komisi III (2004-2006), Anggota DPR-RI, duduk Komisi I
(2006-2007), Anggota DPR-RI, duduk di Komisi III (2007-2008)
Mahfud MD belajar menjadi seorang pemimpin yang tampil beda dengan
arus umum pemimpin-pemimpin masa kini. Beliau di kenal tegas dan berani dengan
gayanya yang elegan. Dalam Sidang Mahkamah Konstitusi selalu di bawanya dengan
santai tanpa menghilangkan subtansi. Gaya bicaranya pun suka ceplas-ceplos
tetapi tertata. Ia pun jarang berkomentar tehadap suatu hal yang tidak di
ketahui dan bukan menjadi wilayah yang di kuasainya.
Conntoh
Kepemimpian Mhfd MD;
Kasus
dugaan suap yang dialami lembaga yang dipimpinnya (KPK) adalah salah satu
contoh keberanian seorang Pemimpin seperti Mahfud MD.Ketua Mahkamah Konstitusi
(MK) Mahfud MD melapor ke KPK terkait temuan dugaan suap dari tim
investigasi internal MK yang diketuai Refly Harun. Gaya kepemimpinan Mahfud MD terbilang langka,
terutama dalam hal sikap antisipatif, reaksi cepat yang ditunjukkan ketika
mencuat kasus yang dapat merusak citra lembaganya. . Mahfud MD dengan
penuh percaya diri justru mengambil inisiatif untuk membongkar, menemukan atau
membuktikan kebenaran sinyalemen ada suap di MK. Tindakan Mahfud MD itu sudah
jelas mengangkat figurnya sebagai tokoh yang tidak sekadar bicara, namun
bersikap cepat, tegas dan lugas menghadapi tudingan terhadap MK. Kualitas
Mahfud yang bersih dari korupsi serta profesionalismenya dalam menjalankan
amanat membuat masyarakat menjadi segan dan hormat pada Mahfud. Mahfud membuat Tim Investigasi dalam upaya membuktikan kebenaran kasus tersebut yang di pimpin Refly beserta anggota.Ternyata 3 kasus suap yang dibeberkan Refly Harun
belum terbukt
Ir. H. Joko Widodo
Joko Widodo atau Jokowi lahir di Surakarta,
Jawa Tengah,
21 Juni
1961. Joko
Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo . Jokowi adalah anak seorang
tukang kayu dan pernah tergusur sebanyak
tiga kali, Rumah petak sekaligus tempat
usaha kayu ayahnya di daerah Cinderejo Lor, digusur dan dijadikan pusat jasa
travel. Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek
payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang
jajan. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap
berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai
pekerjaan menggergaji di umur 12 tahun. Jokowi kecil adalah sosok pendiam,
namun pandai bergaul. Banyak yang mengenal Jokowi sebagai orang yang selalu
mengalah, untuk menghindari pertengkaran. Sikap tersebut diwarisi Jokowi dari
kedua orangtuanya yang selalu mengajarkan makna ikhlas dan bertanggung jawab.
Setelah Beliau lulus dari SMA,
Dengan performa akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan,
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini
dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan
teknologinya. Setelah lulus kuliah tahun
1985, dirinya merantau ke Aceh dan bekerja di salah satu BUMN. Kemudian ia
kembali ke Solo dan bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan,
CV. Roda Jati. Setelah merasa cukup, pada tahun 1998, dirinya berhenti bekerja
di CV tersebut dan memulai berbisnis sendiri bermodal dari pengalaman yang
pernah ia miliki. Dengan kerja keras, ketekunan dan keuletan, akhirnya Jokowi
berhasil mengembangkan bisnisnya dan menjadi seorang eksportir mebel. Dengan
kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling
Eropa yang membuka matanya dengan Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi
inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia
politik
Pada tahun 2005, Pak Jokowi
memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo dengan partai politik
PDI Perjuangan sebagai kendaraan politiknya, meski banyak yang meragukan
kemampuan Jokowi namun dari sana awal karier politik Joko Widodo
dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2005-2010 dengan kemampuan Jokowi yang
dianggap berhasil mengubah wajah kota Surakarta menjadi kota pariwisata,
budaya, dan batik.Di bawah kepemimpinannya, bus Batik Solo Trans diperkenalkan,
berbagai kawasan seperti Jalan
Slamet Riyadi dan Ngarsopuro diremajakan, dan Solo menjadi tuan rumah berbagai
acara internasional. Selain itu, Jokowi juga dikenal akan pendekatannya dalam
merelokasi pedagang kaki lima yang "memanusiakan manusia".
Ada satu fakta yang sangat mengejutkan, Jokowi
belum pernah mengambil gajinya selama menjabat sebagai seorang Walikota dan
Mobil yang ia pakai sebagai mobil dinas saat ini hanyalah "warisan"
mobil dinas pendahulunya yaitu Bapak Slamet Suryanto. Berkat pencapaiannya,
pada tahun 2010 ia terpilih lagi dengan suara melebihi 90% dan 2010-2012.
Pada tahun 2012, ia
dicalonkan oleh PDI-P sebagai calon Gubernur DKI Jakarta bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama sebagai
wakilnya. Hasil dari kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi
berhasil mengambil hati masyarakat. Bahkan ada beberapa kelompok masyarakat
yang menamai diri mereka "Relawan Jokowi" untuk mendukung Jokowi
Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya melambung tinggi dan ia
terus menjadi sorotan media. Jokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang
pragmatis dan membumi. Ia seringkali melakukan "blusukan" atau turun
langsung ke lapangan untuk melihat langsung permasalahan yang ada dan mencari
solusi yang tepat. "Blusukan" juga dilakukan untuk menemui langsung
warga dan mendengar keluh kesah mereka. Gaya yang unik ini dijuluki The New York Times sebagai "demokrasi
jalanan". Selain "blusukan", kepemimpinan Jokowi juga dikenal
akan transparansinya.
Jokowi juga dianggap unik dari pemimpin lainnya karena tidak sungkan untuk
bertanya langsung kepada warga dan mendekati mereka bila akan melancarkan suatu
program
Adapun penghargaan yang di dapati oleh jokowi;
No
|
Penghargaan dari
|
Kategori / Nama Penghargaan
|
1
|
Presiden Republik Indonesia
|
Bintang Jasa Utama
|
2
|
Presiden Republik Indonesia
|
Piala Citra Bhakti Abdi
Negara 2008, 2009 dan 2010
|
3
|
Dompet Dhuafa
|
Agent of change Kemandirian
|
4
|
RMOL
|
Democracy Award: Manusia
Bintang
|
5
|
Men's Obsession
|
Decade Award: Rising Leader
|
6
|
Kemkominfo
|
e-government
|
7
|
Kemenpera
|
Adiupaya Puritama
|
8
|
Delgosea
|
Best City Award
|
9
|
Bank Indonesia
|
Pengendali inflasi
|
10
|
Kementrian PU
|
Tata ruang terbaik kedua
se-Indonesia
|
11
|
Fortune
|
Top 50 Leaders
|
12
|
Penghargaan Indeks
Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK)
|
|
13
|
Meutia Hatta
|
Bung Hatta Anti Corruption
Award
|
14
|
Komisi Pemberantasan Korupsi
|
Anti Gratifikasi
|
15
|
UNICEF
|
Program Perlindungan Anak
|
16
|
The City Mayors Foundation
|
Walikota No 3 Terbaik Dunia
|
17
|
Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group
|
Social Media Award
|
18
|
Tempo
|
10 Tokoh Pilihan 2008
|
18
|
Lembaga Pemilih Indonesia
|
Tokoh Pluralis 2013
|
19
|
Anugerah Seputar Indonesia
|
Tokoh Seputar Indonesia 2013
|
20
|
Soegeng Soerjadi
|
Good Governance Award
|